Selasa, 19 April 2011

Sarkasme dalam Kumpulan Cerpen Joni Ariadinata

Prolog
Saya tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya. Hasil statistik prosalirik.blogspot.com menunjukkan, dari sekian posting yang saya tulis di web ini, posting berjudul Sarkasme dalam Prosa menempati urutan paling banyak dibaca orang.  Apakah orang-orang sudah terlalu menyukai bentuk-bentuk kekasaran dan kekerasan?  Atau mungkin karya sastra selalu dikaitkan dengan keindahan bahasa yang santun dan normatif, sehingga sarkasme menjadi sesuatu yang aneh di dalam penciptaan karya sastra?  Ketertarikan pada pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat  saya ingin kembali mengulas kumpulan cerpen berjudul Kalimati karya Joni Ariadinata, yang pernah saya tulis dalam Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS) 2007 Depdiknas, dengan judul BAHASA YANG KELUAR DARI BAHASA KEKUASAAN, dan meraih penghargaan keenam dari 25 karya terbaik.  

Semoga hal ini tidak dianggap melanggar kode etik atau hak cipta.  Harapan saya semoga teman-teman, para penikmat sastra dan sastrawan mau membaca tulisan guru-guru Bahasa Indonesia  hasil Lomba Mengarang Cerpen (LMCP) dan Lomba Mengulas Karya Sastra  LMKS yang sudah dibukukan oleh Depdiknas sejak tahun 2003. Hasil karya-karya guru  tersebut tidak kalah baiknya dengan karya-karya yang biasa kita baca di majalah atau di koran. Serta karya-karya tersebut  telah diseleksi oleh para sastrawan terkenal yang namanya sering menghiasi Majalah Horison.  

Untuk mengulas kumpulan cerpen Kali Mati karya Joni ini saya akan  membagi dalam beberapa judul:
1.       Beberpa pemikiran Joni Ariadinata tentang sastra
2.       Tentang kumpulan cerpen Kali Mati
3.       Bahasa Kekuasaan
4.       Sarkasme sebagai bahasa realitas
5.       Keindahan sarkasme dalam Prosa

Beberapa Pemikiran Joni Ariadinata tentang Sastra
“Tawa Eva mirip paha sapi yang kau impikan tahun lalu”. Kalimat pertama di halaman pertama pada cerpen pertama berjudul Keluarga Maling yang ditulis Joni dalam kumpulan cerpen Kalimati  ini, telah menonjok kepakeman-kepakeman cara saya berbahasa dan berimajinasi. Siapa Eva? Ternyata seorang bayi yang lahir di zaman kwalik, ketika Ikong, kakaknya ikut juga merampok bersama bapaknya. Satiris! Sungguh kenakalan bahasa yang luar biasa.

Menurut Joni, tema boleh saja tidak berubah.Tema tentang keadilan, kemanusiaan, cinta, ideologi; agama, ... selalu diulang dari zaman ke zaman. Tapi karya sastra tetap menarik untuk dibaca. Lalu apakah daya pikat sastra yang selalu tampil mempesona? Jawabnya terletak pada perbedaan struktur dan cara berbahasa.  Di sanalah letaknya kreativitas, sehingga bahan baku yang boleh dianggap basi menjadi kembali enak untuk dicicipi (Kakilangit 99/2005:24).

Keyakinannya pada bahasa sebagai unsur penting dalam penciptaan karya sastra, ia pernah merasa jengkel kepada Kompas yang mengedhel-edhel cerpennya berjudul Lampor.  Kata ‘berak’  diedit menjadi ‘buang air’, beberapa kata ‘bajingan’ dihilangkan dari teks oleh editor karena  dianggap menyimpang dari situasi normal, maka sesungguhnya telah terjadi pemiskinan unsur lokal dengan amat sopan (Horison T 1.2/2006 : 9). Unsur lokal yang dimaksud Joni adalah obyek secara menyeluruh (termasuk bahasa), dan “Menulis adalah menciptakan sebuah medan tempur. Medan tempur yang asyik dan penuh kebebasan. Bebas, penuh imajinasi, dan kreativitas. Medan tempur milik penulis, adalah medan yang hanya miliknya sendiri. Ketika proses peperangan dikobarkan (dalam medan tempur itu), maka tak ada orang yang berhak campur tangan: ...” (Kakilangit 112/2006:28).

Berangkat dari pemikiran-pemikiran Joni tersebut, saya mulai nyemplung rekreasi ke dalam Kalimati. Berenang menyusuri sampah kata-kata, menyelami kotoran-kotoran kalimat, mengikuti arus alur lumpur bau busuk, menuju bendungan kenistaan tema, dan kenajisan amanat. Dengan cara begitu saya berharap ada  kebajikan dalam kumpulan cerpen itu yang saya  dapat.  

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Hai... Judul tersebut dibuat untuk karangan ilmiah ya??? Saya juga berniat untuk menjadikan kumpulan cerpen ini sebagai objek skripsi saya.

Carilah Yang Kau Butuhkan