Jumat, 22 April 2011

Sarkasme dalam Kumpulan Cerpen Kalimati


Konflik 1

Ke 15 judul dalam kumpulan cerpen Kalimati ditulis Joni Ariadinata di penghujung kekuasaan orde baru (1993 – 1998). Tema-tema yang diangkatnya banyak menggambarkan situasi kehidupan paradoks pada saat itu. Hidup di negeri kolam susu, tapi kemelaratan tak pernah bisa menemukan jalan keluar. Kalimati sebagai judl sampul (terlepas dari salah satu judl dalam kumpulan cerpen) dapat mewakili cerpen-cerpen yang terkumpul di  dalam buku itu. Semacam kecupetan berpikir Tak ada pilihan. Macet. Kejujuran, harga diri, dan harapan tersumbat; menjadi kubangan kenistaan, menjadi umpatan-umpatan kehidupan sarkastis, menjadi  kekerasan demi kekerasan karena air keadilan tak pernah bisa mengalir.

Bahasa dalam kumpulan cerpen ini amat khas. Kalimat-kalimat pendek yang nyaris mirip bahasa lisan menjadi gaya penulisannya. Menjadi salah satu kekuatan pengarang dalam proses kreatifnya. Sarkasme, umpatan-umpatan bahasa daerah, plus kata-kata kotor yang hampir menghiasi lembaran-lembaran halaman terasa amat satir dan menyakitkan. Namun pilihan kata yang penuh perhitungan dan berirama, bahasa tidak hanya mampu memvisualisasikan obyek-obyek secara detail, tetapi juga terasa amat puitis.

Dari 15 cerpen tersebut; 8 cerpen berbicra tentang kehidupan kaum melarat yang mencoba bertahan hidup meskipun harus menjadi maling, , jadi bajingan merah, jadi pelacur, serta mengorbankan anaknya akibat hegemoni kekuasaan yang represif, tekanan ekonomi,  dan hilangnya harapan untuk bis hidup lebih baik. 2 cerpen berbicara tentang dunia kesenian yang mengingatkan kita pada para eksekutif latah ikut-ikutan memburu karya-karya seni sebagai gengsi, serta mengingatkan kita pada pelarangan-pelarangan pementasan karena dianggap bisa menghasut. Seddangkan 4 cerpen lagi berbicara soal konflik dan intrik  politik, bagaimana mempertahankan jabatan, intimidasi, dan siap menjadi bebek untuk bisa selamat. Dan 1 cerpen berpicara tentang jiwa-jiwa yang rusuh diantara  bayang-bayang masa silam, kepongahan industrialisasi, serta kerapuhan mentalitas di masa depan yang tak jelas arah.

Karena Joni ingin membangun keutuhan suasana dalam ceerpen-cerpennya, maka ia mencoba keluar dari bahasa kekuasaan dengan bahasa-bahasa sarkastis yang sering kali kita risih untuk membaca dan mendengarnya.


Tidak ada komentar:

Carilah Yang Kau Butuhkan