Senin, 08 Agustus 2011

Peristiwa Mati Lampu

Malam. Lampu mati giliran. Bulan belum purnama sempurna.  Namun cahaya remang cukup berikan kesan  isyarat kerinduan pada masa kanak-kanak bermain di halaman tanah lapang. Meski cuma sebentar duduk di teras rumah sempit sangat sederhana berlompatan kenangan petak umpet, slepdur, ayang-ayang gung, dan tembang lagu anak-anak yang masih kuhafal sampai sekarang. Kadang aku berpikir kolot berandai-andai lampu jalanan dan rumah-rumah dipadamkan memberi kesempatan kepada mataku menatap  sorot lembut cahaya bulan dan kedip genit ribuan bintang. Ah, gila! Bagaimana mungkin itu terjadi. Berapa kerugian setiap detik dari dampak kematian sebuah pembangkit tenaga listrik untuk berjuta mesin industri. Ya sebaiknya aku menengok kamar anakku. Dari teras rumah kutangkap jelas cahaya layar monitor dari sisa separuh batrai menyala. Meski dalam gelap, ia masih bisa mengupdate status facebook.

Tidak ada komentar:

Carilah Yang Kau Butuhkan