Senin, 30 Januari 2012

Persiapan Menjadi Sutradara


Bagaimana menjadi Sutradara?
oleh Abdoel Azis

Belajar Teater 
Teater adalah salah satu cabang seni pertunjukan yang paling kompleks. Dalam setiap karyanya, teater membutuhkan beragam unsur seni, seperti seni gerak, seni musik/suara, seni rupa, termasuk seni sastra (dalam pementasan drama) yang dapat digunakan sebagai media ekspresi estetis. Dengan demikian untuk menggarap sebuah karya teater dibutuhkan proses kerjasama kolaboratif antarpekerja seni yang terlibat di dalamnya. Maka agar kerjasama tersebut dapat  mengarah kepada satu gagasan pertunjukan maka dibutuhkan seorang sutradara.
Sutradara disebut juga sebagai direktor. Dia adalah seorang pemimpin yang memberikan pengarahan dan penjelasan kepada semua orang yang terlibat dalam pertunjukan, terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah artistik. Dia juga mempunyai otoritas  mengeksekusi hal-hal yang berkaitan dengan sebuah pertunjukan.  Tujuannya untuk    mewujudkan gagasan yang hendak dicapai dalam sebuah pementasan teater. Namun yang perlu diingat, meskipun hasil akhir sebuah pementasan itu penting, tetapi  ada yang paling penting bagi seorang sutradara yaitu bagaimana menciptakan proses atau perjalanan untuk sampai kepada pementasan itu sendiri; seperti bagaimana cara menyusun perencanaan latihan hingga pementasan, bagaimana mengatasi problem-problem selama proses latihan, serta bagaimana menggali alternatif untuk menemukan sumber-sumber kreatif yang mendukung pementasan.

Tugas-tugas sutradara
Sutradara bertugas menentukan naskah yang akan dipentaskan. Naskah boleh karyanya sendiri atau karya orang lain. Yang jelas dia harus mempunyai argumen dan alasan yang kuat untuk memaparkan naskah tersebut kepada seluruh pekerja seni yang akan dilibatkan dalam pementasannya, baik bentuk penyajian, suasana yang ingin dibangun, maupun gagasan-gagasan yang hendak dicapainya, mengapa memilih naskah tersebut. Adapun yang dimaksud naskah di sini tidak harus berupa naskah verbal seperti naskah-naskah berisi dialog dan kramagungnya, boleh juga naskah non verbal (teater gerak), atau naskah berupa wacana seperti artikel, puisi, novel dan teks apa saja yang bisa diteatrilisasikan.
Sutradara bertugas memilih dan melatih pemain (aktor). Dalam hal ini dia harus mampu mencari pemain-pemain yang sesuai dengan karakter tokoh-tokoh dalam naskah, serta melatih mereka sampai menemukan karakter tokoh yang akan dimainkannya. Apabila di tengah jalan sutradara merasa salah memilih pemain, dia harus berani memutuskan untuk segera mengganti pemain tersebut. Hal ini perlu dilakukan terutama untuk menyelamatkan pertunjukan, untuk menyelamatkan dirinya sebagai sutradara, dan untuk menyelematkan pemain yang diganti, karena akan mendapat kritikan bahwa pemain itu belum bisa memerankan tokoh yang dipercayakan sutradara.
Sutradara bertugas memilih pekerja artistik untuk membangun suasana yang sesuai dengan gagasannya atas dasar naskah yang akan dimainkannya. Dia boleh menolak warna, garis, atau bentuk yang ditawarkan panata artistik, atau boleh juga menambahkan kekurangan-kekurangan yang disodorkan oleh penata artistik tadi. Begitu pula kerjasama  dengan penata musik.
Secara administratif, sutradara harus menyusun jadwal latihan, dan harus ada target yang jelas dalam setiap kali latihannya. Setiap kali latihan harus ada catatan-catatan untuk dievaluasi, adegan mana yang perlu ada penguatan, aktor mana yang masih lemah, perlukan adegan ini diiringi musik, dan sebagainya. Bila perlu mengubah dialog yang sulit diucapkan aktor tanpa mengurangi maksud dari dialog tersebut. Sedangkan untuk teater gerak, sutradara sudah harus  menyusun draf dari awal sampai akhir.
Tidak hanya itu saja, sutradara juga harus melakukan observasi panggung yang akan dijadikan tempat pementasannya. Dia harus mencatat ukuran panggung dan  tempat sirkulasi pemain, termasuk fasilitas-fasilitas yang ada di dalamnya. Hal ini sangat membantu proses latihan.

Bentuk latihan menuju pementasan
Setelah sutradara memaparkan gagasan-gagasan tentang naskah yang dipilihnya, barulah dia melakukan casting atau pemilihan pemain. Cara yang sering dilakukan adalah dengan membaca. Masing-masing calon aktor dicoba untuk membaca naskah sesuai dengan pandangan kasar sutradara, artinya hanya melihat dari segi fisik calon aktor. Di sini sutradara hanya mendengar dan mencoba mengapresiasi cara para calon aktor membaca. Melalui pertimbangan warna suara, fisik, dan ekspresi mereka, sutradara barulah menentukan siapa saja yang pantas menjadi pemeran tokoh A, tokoh B, dan seterusnya.
Tetapi apabila yang akan dimainkan adalah teater gerak, maka casting yang dilakukan dimulai dengan olah tubuh yang mengarah pada bentuk dan gagasan yang telah dipaparkan oleh sutradara. Dari sini sutradara harus mengambil kesimpulan siapa saja pemain yang bisa mewujudkan gagasannya.
 Untuk teater verbal latihal awal adalah reading. Reading di sini tidak hanya sekedar membaca, tetapi sudah masuk pada ranah ekspresi, atau penjiwaan terhadap tokoh yang akan dimainkannya. Pada saat ini sutradara sudah harus melatih artikulasi, intonasi, tinggi rendah suara dan  tempo. Sedangkan untuk teater gerak, para pemain sudah dituntut untuk mengeksplorasi gerak dari draf yang telah disusun sutradara dengan penuh penjiwaan.
Apabila reading sudah mencapai 75% pada tingkat hafalan, barulah menyusun blocking, atau komposisi panggung
Pada tahap berikutnya, sutradara harus memprioritaskan blocking mana dulu yang akan digarap untuk mencapai kesempurnaan.
Setelah semua dirasa sudah cukup, mualailah latihan dari awal sampai dengan akhir, dengan menggunakan panggung imitasi yang menyerupai panggung sebenarnya.
Mendekati jadwal pementasan, bila panggung itu milik sendiri, atau boleh dimanfaatkan untuk latihan, sebaiknya 5 hari sebelum pementasan berlatihlah di panggung tersebut, hal ini sangat berguna untuk pengenalan panggung.

Demikianlah gambaran singkat untuk menjadi sutradara. Seorang sutradara tidak harus mengenalkan dramaturgi dan teknik-teknik secara mendetail kepada para pemainnya. Tetapi bisa dilakukan dengan metode sederhana dan ringan. Pemain bisa diberikan kebebasan  untuk mengembangkan ekspresinya,  sehingga proses pembentukan karakter yang bisa dinikmati oleh .pemain. 
Mungkin bagi seorang sutradara pekerjaan proses ini jauh lebih indah dibandingkan dengan pementasannya. Arifin C. Noer, sebelum pertunjukan dimulai biasanya dia mengatakan kepada aktor-aktornya, “Tugas saya sudah selesai sebagai sutradara, kini giliran kalian untuk menunjukkan gagasan-gagasan dalam naskah yang kalian mainkan.” Pernah juga dia berkata ketika seorang muridnya hendak menyutradarai karyanya sendiri, “Dalam naskahmu, terlalu banyak yang ingin kamu kemukakan. Tapi tak apa, toh nanti ada pengeditan. Pengeditan itulah yang paling mengasyikan dalam penyutradaraan.”
Pertama kali Stanislavsky menjadi sutradara, dia melarang para pemainnya mengenakan pakaian yang mencolok, karena tidak sesuai dengan naskah yang akan dipentaskan. Dia juga melarang para pemain ngobrol ngalor ngidul saat yang lain sedang latihan. Dan dia menghukum orang-orang yang datang terlambat. Tetapi semua itu di lakukan semata-semata keseriusannya untuk menjadi sutradara. Dan yang pertama kali dia hukum adalah dirinya sendiri, agar semua pemain, dan pekerja artistik, tak seorang pun yang mempertanyakan ketulusanku. Proses yang dia terapkan telah mengangkatnya sebagai sutradara kenamaan di benua Eropa saat itu sampai sekarang.

Daftar Bacaan :
Mitter, Shomit. 2002. Stanislavsky, Brecht, Grotowski, Brook Sistem Pelatihan Lakon.
Yogya karta;  Arti.
Prabowo, Djuju. 2010. Tehnik Penyutradaraan: (Makalah). Surabaya; Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Timur.
Rendra. 2009. Seni Drama untuk remaja. Yogyakarta; Burung Merak Press.
Riantiarno, N. 2002. Menyentuh Teater. Jakarta; MU:3 Books.
Santosa, Eko. 2010. Memberdayakan Seni Teater di Sekolah (Makalah). Surabaya. Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Timur.
Stanislavsky, Konstantin. 2006. My Life in Art. Malang; Pustaka Kayutangan.

Disampaikan pada hari Minggu
Tanggal 22 Januari 2011
di hadapan PesertaWorkshop Teater
UKM Kesenian Universitas Jember

Tidak ada komentar:

Carilah Yang Kau Butuhkan