Kamis, 17 Februari 2011

Monolog Kicau Burung 5


Tuanku yang terhormat,
Sebagai burung aku tidak pernah membantah
Tuan telah ditunjuk Tuhan sebagai khalifah
Dan isi bumi sebagai bekalnya
Namun kalau boleh aku bertanya
Apakah karena aku bersuara merdu
Lalu Tuan menganggapku sebagai burung penghibur?

Lantas apalah artinya sayap bagiku
Jika aku harus terbang dalam ruang sempit
Yang berdiameter 60 sampai 80 sentimeter
Dan tinggi tidak lebih dri satu meter
Mungkinkah Tuhan menciptakan sayap bagiku
Sebagai satu penciptaan yang sia-sia?

Sungguh aku iri pada burung gereja
Yang sesekali mencuri makanan di luar sangkarku
Berkasih-kasihan di atas wuwungan rumah
Bercanda berkelompok di kawat-kawat listrik

Aku juga juga iri pada burung pipit
Terbang bebas bergerombol saat menjelang panen tiba
Aku iri pada kumbang dan kupu-kupu
Mereka bisa mengembangkan sayapnya di taman-taman bunga
Bahkan aku iri pada kecoa, lalat dan nyamuk
Sebagai musuh-musuh Tuan
Yang hidup bebas berterbangan di tempat-tempat kotor
Genangan-genangan air, got-got dan comberan

Tuanku yang terhormat,
Janganlah Tuan menyiksaku
Dengan segala kepalsuan yang Tuan ciptakan
Hanya karena untuk  kepuasan batin Tuan
Tuan telah mengurungku dengan mata bebas
Memandang alam lewat celah-celah jeruji besi
Bahkan Tuan telah tega mengenyampingkan
Birahiku terhadap lawan jenis
Yang menjadi hasrat semua mahluk hidup




Tidak ada komentar:

Carilah Yang Kau Butuhkan