Jumat, 16 Maret 2012

Eksistensi Sastra Facebook


Mark Zuckerberg, kelahiran 1984, pada usianya yang masih  20 tahun, sudah mampu mengubah dunia. Tahun 2004 dia menciptakan Facebook  sebagai social-networking. Dalam waktu kurang dari sepuluh tahun, pengguna aktif facebook telah mencapai 750 juta jiwa. Nyaris tidak ada orang yang tidak tahu facebook. Anak sekolah, mahasiswa, guru, seniman, pegawai kantor, tentara, polisi,  politisi, pengusaha, pengangguran bahkan pengamen semua mengenalnya. Sangat fantastis.

Menjadi anggota facebook dan untuk memperoleh pertemanan sangat mudah. Fitur-fitur yang dimiliki facebook sangat efektif dan efisien sebagai media komunikasi pertemanan. Facebook  juga tidak hanya  digunakan untuk kepentingan pribadi, tapi setiap orang bisa membuat grup atas dasar kesukaan, minat, profesi, atau kebutuhan yang sama; seperti perkumpulan alumni, peminat buku, penggemar games dsb.

Dulu, untuk menambah keanggotaan grup cukup sulit. Seorang pengguna facebook yang membuat grup harus mengundang teman-temannya dan menunggu dikonfirmasi. Hal ini membuat perkembangan anggota menjadi lamban. Hal itu sekarang tidak lagi, seorang pengguna facebook yang membuat grup, sekarang tinggal menambahkan orang-orang yang telah menjadi teman di facebook pribadinya, dan secara otomatis orang-orang yang ditambahkan menjadi anggota dari grupnya. Sekarang  dibalik jika orang yang ditambahkan merasa tidak cocok, boleh meninggalkan grup tersebut. Tetapi merreka yang sudah menjadi anggota biasanya tidak pernah keberatan. Uniknya, setiap orang yang menjadi anggota grup, dapat  menambahkan temannya di facebook pribadinya masing-masing.

Saya Sebagai penggiat sastra merasa tertarik mengamati para sastrawan Indonesia dan grup-grup sastra di facebook.  Eeuphoria   facebook  juga telah menarik selera para sastrawan untuk berbagi informasi tentang karya-karyanya. Sitok Srengenge, Joni Ariadinata, Putu Wijaya, Gunawan Mohammad dan beberapa teman dari Malaysia, Brunai Darussalam ikut meramaikan sastra facebook.Tak ketinggalan para penulis pemula yang ikutan nimbrung meramaikan sastra facebook.  Bagi para penulis pemula ini, facebook solah-olah menjadi berkah tersendiri. Betapa sulitnya mereka untuk menerbitkan karya-karyanya di surat kabar dan majalah yang begitu ketat seleksinya. Dengan facebook, karya-karya mereka yang terdokumentasi di kamarnya  mulai dibaca orang-orang melalui status-status di facebook.  Para penulis pemula ini mulai membuat grup-grup sastra di antaranya Sastra Facebook, Komunitas Sastra Betawi, Badan Penyelamat Bahasa Indonesia dan beberapa kelompok sastra kampus. Perkembangan anggotanya juga luar biasa, semakin hari semakin bertambah, misalnya, Komunitas Sastra Betawi  memiliki anggota di atas 20 juta pengguna.

Meskipun karya-karya sastra facebook seringkali diragukan eksistensinya, terutama dari segi mutu, namun para penulisnya secara intens belajar, dan hasilnya sangat memuaskan. Grup ‘Sastra Facebook’ misalnya,  anggotanya masih 800 orang, tetapi karya-karyanya memiliki kualitas tersendiri. Di grup ini dibuka forum diskusi dengan para nara sumber yang memang berpengalaman di bidang sastra. Di grup Penulis Penggemar Pantun, Syair, Puisi, Tulisan Budaya se Asia, para penulisnya kebanyakan  adalah orang-orang yang memang berprofesi sebagai sastrawan, di antara mereka banyak yang sudah menulis buku antologi puisi.

Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah grup-grup sastra di facebook akan tetap eksis atau hanya sekedar gejala ephoris dari sebuah kekinian, yang suatu saat akan hilang karena hadirnya perangkat lain yang lebih canggih?  Yang jelas sejak adanya grup-grup sastra seperti yang saya uraikan di atas, telah terjadi perubahan dalam menulis status.  Status-status mulai lebih berbudaya, bahasa  tidak hanya sekedar ngucap dan ngecap. Inilah positifnya.

Tidak ada komentar:

Carilah Yang Kau Butuhkan