- Panggung temaram kosong. Di kiri panggung bagian depan duduk Tokoh I menatap bulan, kedap-kedip matanya menahan lapar. Sedangkan Tokoh 2, berkeliaran mencari sesuatu yang bisa dimakan. Karena sudah merasa tidak ada yang bisa makan Tokoh 2 duduk di samping Tokoh 1. Sama-sama menahan lapar. Sama-sama menghayal.
- Tokoh 2 menggaruk-garuk kepala gatal, ia menemukan kutu rambut. Kutu itu dimakannya. terasa enak. Tak percaya. Ia kembali mencari kutu rambut, lalu dimakannya. Memang enak. Ia mencoba terus mencari kutu-kutu rambut dan mengumpulkannya, lalu dimakan dengan lahapnya. Luar biasa, sangat enak.
- Tokoh 1 terheran-heran memperhatikan Tokoh 2. Ia mencoba meniru memakan kutu rambutnya, tapi tidak enak. Ia mencoba lagi , benar-benar tidak enak. Lalu mencoba meminta kutu rambut kepada Tokoh 2. Ternyata enak. Ia mencoba meminta lagi, benar-benar enak. Ia terus meminta, tapi Tokoh 2 tidak memberinya lagi. Tokoh 1 mengemis-ngemis minta kutu rambut, tapi Tokoh 2 selalu menolaknya.
- Tiba-tiba Tokoh 2 tersenyum misterius. Ia mengambil dua ekor kutu dan meletakkannya di kepala Tokoh 1. Tokoh 2 membayangkan sesuatu yang besar, sebuah pabrik raksasa.Tiba-tiba suara pabrik pun mulai terdengar pelan-pelan. Kemudian ia meninggalkan panggung sambil membayangkan sesuatu yang besar..
- Tokoh 1 mula-mula merasa senang, diiringi suara pabrik. Secara progresif ia mulai merasa gatal. Mula-mula hanya di kepalanya. Lambat laun menjalar ke seluruh tubuhnya. Dan ia pun mulai merintih, meraung menahan rasa gatal di seluruh tubuhnya. Suara pabrik makin berdentam keras, memekakan telinga. Tokoh 1 kelojotan dan akhirnya mati bersamaan dengan berhentinya suara pabrik.
- Tokoh 2 masuk panggung dengan penuh misterius. Ia mendekati Tokoh 1, lalu mendekapnya, dan memakan kutu-kutu yang menempel di seluruh tubuh Tokoh 1. Menikmati betul kutu-kutu yang dimakannya.
- Lampu mati.
(Bagi yang ingin mementaskan naskah Mbadok, dimohon menghubungi Abdoel Azis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar