par Abdoel Azis
Ada apa dengan Wajah Indonesia...?
Wajah Indonesia di mata fotografer cenderung stereotif; melas, susah, miskin, dan hidup dalam ketakberdayaan sebagai manusia yang hidup dan mengakui dirinya sebagai bangsa Indonesia. Pasrah. Itulah kesan yang saya tangkap ketika mengunjungi pameran seni rupa UKM Kesenian Universitas Jember (Kamis/5/5/2011) di Gedung Sutarjo. Rendra, salah seorang pekarya fotografi yang turut berpameran menuturkan rasa trenyuhnya, ketika dia melihat seorang pedagang nasi pecel asongan di Stasiun Garahan. Cuma waktu 5 menit kereta api berhenti untuk menaikan dan menurunkan penumpang. Penjual harus pintar-pintar menawarkan nasi pincuknya melalui jendela-jendela kereta. Kalau tak cekatan, bisa-bisa pembeli makan gratis tak sempat membayar, atau sebaliknya dia muring-muring uang lebihnya tidak dikembalikan. Belum selesai bertransaksi, pedagang nasi pincuk itu sudah ditunggui penagih hutang dari bank harian.
Sejak zaman Afandi, Soudjojono sampai sekarang, kemiskinan menjadi gagasan inspiratif bagi para pekarya seni rupa. Dan selalu up to date di Indonesia. Sampai saat ini saya belum pernah melihat pameran fotografi dan seni rupa yang mengangkat Wajah Indonesia dari kaca mata yang lain, misalnya; bagaimana para pengusaha makan di restoran sambil mengadakan metting, ekspresi pejabat publik yang duduk di bangku terdakwa, anggota dewan yang membanting pintu mobil dinas lantaran kesal dikejar wartawan, atau mata licik seorang hakim, jaksa dan pengacara di persidangan, atau pola konsumerisme yang mengakibatkan kemiskinan itu sendiri, atau ...
Tetapi tak mengapa. Tema kemiskinan tentang Indonesia yang digarap Halim, Riska, Dara dan teman-teman pecinta fotografi UKM Kesenian Universitas Jember pada pameran kemarin sangat mengiris hati. Calon-calon sarjana yang memiliki kepekaan sosial ini mampu membungkus kemiskinan dengan keindahan jepretan kamera. Sebuah paradoks. Semoga karya-karya itu tidak hanya untuk dipajang, tetapi untuk direnungi dan diperangi keterbelakangan itu.
Selamat untuk para fotografer UKM Kesenian Universitas Jember. Karya-karya anda yang lain, akan selalu saya tunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar