Menulis puisi
seringkali dianggap sulitoleh siswa. Dan tidak sedikit guru bahasa Indonesia
yang juga merasa kesulitan bagaimana cara mengajar puisi. Untuk memenuhi tugas
guru, banyak siswa yang menjiplak karya-karya orang lain, baik di buku kumpulan
puisi, koran, majalah dan internet. Sedangkan guru, saya yakin tidak ada satu
pun guru yang mampu mengenal sekian karya-karya banyak pengarang. Apalagi sumber
yang dijiplak siswa berasal dari media
massa. Maka, alangkah memperihatinkannya pembelajaran puisi di sekolah. Tanpa
disengaja, sekolah telah melahirkan plagiat-plagiat baru yang bertentangan
dengan nilai-nilai kejujuran, dan bertentangan dengan sikap menghargai hak
cipta.
Untuk mengatasi
persoalan tersebut, beberapa bulan yang lalu saya pernah memposting ‘Menulis
Puisi itu Gampang. (Silahkan cari di blog ini). Tulisan kali ini tujuannya
untuk melengkapi, bagaimana pembelajaran materi menulis puisi dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Agar menarik
dan tidak terkesan kaku, saya coba menggunakan bahasa yang agak puitis. Silahkan disimak!
Pejamkan mata
kalian. Tarik nafas dalam-dalam. Pilih satu kata yang kau suka. Rasakan dan
renungkan. Nikmati dan hayati ! Sudah? Bukalah mata kalian!
Sekarang tulis di papan
tulis. Bila ada kata yang sama, tak mengapa. Itu hal biasa dalam temuan gagasan.
Lalu masing-masing siswa menulis satu kata di papan tulis. Berderet
empat puluh kata ditulis siswa. Kata
sifat, kata kerja , dan kata benda. Sebagian kata tanya . Semua kata belum
punya makna;
langit , cinta, apa, hitam, terbang, sampah, menangis, gatal, marah, bunga,
luka, pengemis, ayah, susah, bau,
panas, lelah, lapar, merah, wajah, mengapa,
sepi, ibu, tuhan,
menanti, aku, kau, cahaya, kebebasan, bosan, putih,
sunyi, awan, matahari, bising , kapan, burung, marah, berlari, duka
Kini giliran kalian
menulis puisi dengan kata-kata yang telah ada. Jangan ditambah dan jangan dikurangi. Jangan tertinggal walau
sekata. Ingat setiap kata adalah karya, maka hargailah ia.
Empat puluh siswa
mulai merangkai kata.. Berpikir, merenung untuk menemukan makna. Ada yang berkeluh kesah
susah.. Ada pula yang ketawa gembira. Sudah? tanyaku.
Bacalah hasil kerja
kalian. Jangan takut, karena tidak ada puisi yang salah.
Lima siswa bergantian membacakan puisi dari hasil
merangkai kata di depan kelas. Di
antaranya :
Burung terbang
Bunga merah
Langit hitam
Panas matahari
Marah wajah ayah
Ibu menangis marah
Pengemis lapar
Bosan
Susah kapan berlari
Luka gatal
lelah
Duka bau sampah
Tuhan
Aku menanti
kebebasan
Apa cinta cahaya
awan putih
Bising sunyi
Mengapa
Kau sepi
Nah dengan contoh
diatas, semoga bapak, ibu guru Bahasa Indonesia, siswa, dan para penyair pemula
dapat terbantu untuk menulis puisi, terutama agar terhindar dari kebiasaan
menjiplak dan tidak jujur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar