Senin, 27 Februari 2012

Pembelajaran Sastra: Cara Saya Mengajarkan Materi Puisi

oleh Abdul Azis


Menulis puisi seringkali dianggap sulitoleh siswa. Dan tidak sedikit guru bahasa Indonesia yang juga merasa kesulitan bagaimana cara mengajar puisi. Untuk memenuhi tugas guru, banyak siswa yang menjiplak karya-karya orang lain, baik di buku kumpulan puisi, koran, majalah dan internet. Sedangkan guru, saya yakin tidak ada satu pun guru yang mampu mengenal sekian karya-karya banyak pengarang. Apalagi sumber yang dijiplak siswa  berasal dari media massa. Maka, alangkah memperihatinkannya pembelajaran puisi di sekolah. Tanpa disengaja, sekolah telah melahirkan plagiat-plagiat baru yang bertentangan dengan nilai-nilai kejujuran, dan bertentangan dengan sikap menghargai hak cipta.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, beberapa bulan yang lalu saya pernah memposting ‘Menulis Puisi itu Gampang. (Silahkan cari di blog ini). Tulisan kali ini tujuannya untuk melengkapi, bagaimana pembelajaran materi menulis puisi dalam proses kegiatan belajar mengajar.  Agar menarik dan tidak terkesan kaku, saya coba menggunakan bahasa  yang agak puitis. Silahkan disimak!     

Pejamkan mata kalian. Tarik nafas dalam-dalam. Pilih satu kata yang kau suka. Rasakan dan renungkan. Nikmati dan hayati ! Sudah? Bukalah  mata kalian!

Sekarang tulis di papan tulis. Bila ada kata yang sama, tak mengapa. Itu hal biasa dalam temuan gagasan.

Lalu masing-masing  siswa menulis satu kata di papan tulis. Berderet  empat puluh kata ditulis siswa. Kata sifat, kata kerja , dan kata benda. Sebagian kata tanya . Semua kata belum punya makna;

langit , cinta,  apa, hitam,  terbang,  sampah,  menangis,  gatal,  marah,  bunga,  luka,  pengemis,  ayah,  susah,  bau,  panas,  lelah,  lapar,  merah,  wajah,  mengapa,  sepi,  ibu,  tuhan,  menanti, aku,  kau,  cahaya,  kebebasan,  bosan,  putih,  sunyi,  awan,  matahari,  bising , kapan,  burung,  marah,  berlari,  duka

Kini giliran kalian menulis puisi dengan kata-kata yang telah ada. Jangan ditambah dan  jangan dikurangi. Jangan tertinggal walau sekata. Ingat setiap kata adalah karya, maka hargailah ia.

Empat puluh siswa mulai merangkai kata.. Berpikir,  merenung  untuk menemukan makna. Ada yang berkeluh kesah susah.. Ada pula yang ketawa gembira. Sudah? tanyaku.
Bacalah hasil kerja kalian. Jangan takut, karena tidak ada puisi yang salah.

Lima  siswa bergantian membacakan puisi dari hasil merangkai kata  di depan kelas. Di antaranya :

Burung terbang
Bunga merah
Langit hitam
Panas matahari
Marah wajah ayah
Ibu menangis marah
Pengemis lapar
Bosan
Susah kapan berlari
Luka  gatal  lelah
Duka  bau sampah
Tuhan
Aku menanti kebebasan
Apa cinta cahaya awan putih
Bising sunyi
Mengapa
Kau sepi

Nah dengan contoh diatas, semoga bapak, ibu guru Bahasa Indonesia, siswa, dan para penyair pemula dapat terbantu untuk menulis puisi, terutama agar terhindar dari kebiasaan menjiplak dan tidak jujur.





Tidak ada komentar:

Carilah Yang Kau Butuhkan