sebuah Esai dari Prosa Lirik
Ujian Nasional merupakan evaluasi akbar yang diadakan setahun sekali. Tujuan mulya yang diemban Ujian Nasional adalah ingin mengetahui tentang keberhasilan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pendidikan dengan alokasi waktu yang sudah ditentukan di tingkat satuan pendidikan.Namun ketika kelulusan atau keberhasilan menjadi sebuah prestise; prestise untuk siswa, prestise untuk sekolah, bahkan prestise untuk pemerintahan dan lembaga-lembaga pendidikan, termasuk kementerian pendidikan dan kebudayaan (malu kalau tidak lulus ujian - bukannya malu karena tidak pintar). Karena demi prestise tersebut, maka timbul kecurangan-kecurangan saat pelaksanaan Ujian Nasional. Dunia pendidikan, khususnya pengelola sekolah pada akhirnya kurang dipercaya. Dulu, waktu bernama Ebtanas, yang mengawas ruang ujian adalah guru-guru. Disinyalir guru-guru melakukan kecurangan, maka dibentuklah Tim Independent untuk mengawasi guru-guru. Teknologi komunikasi semakin canggih, handphone dicurigai sebagai virus pembagi jawaban soal, maka model soal diubah dari satu paket menjadi 2 paket, kemudian menjadi 5 paket, dan sekarang menjadi 20 paket, dan menurut keterangan, setiap ruang pun berbeda dengan ruang yang lain. Ini belum menyangkut kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang membocorkan soal. Dan pada akhirnya dana Ujian Nasional semakin membengkak hanya untuk menutupi kecurigaan-kecurigaan.
Namaku Auliya Fatimah Mumtaz, lahir tanggal 01 Desember 2012. Lahir pada saat dunia pendidikan harus berkarakter. Lalu apakah saling curiga itu termasuk berkarakter? Ah, seandainya kita menghadapi sesuatu dengan saling percaya terutama dalam dunia penddikan, maka alangkah indahnya Ujian Nasional. Betapa tidak; dalam ruang tidak mungkin ada CCTV, tidak ada polisi, tidak ada Tim Independent, bahkan mungkin tidak ada pengawas ruang. Yang ada hanya fasilitator yang melayani dengan ikhlas kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan peserta didik waktu menempuh Ujian Nasional. Semoga kelak ketika aku sudah sekolah, dunia pendidikan mulai dilandasi dengan saling percaya, bukan dengan saling mencurigai.
3 komentar:
Dalam lembar jawaban ujian nasional (LJUN) ada kolom berisi perintah: Salinlah kalimat berikut ini "Saya mengerjakan ujian dengan jujur". Lucu juga, seperti peringatan pada bungkus rokok, "Merokok dapat membahayakan...". Tapi semoga saja peserta ujian tidak hanya sekedar menyalin, tapi benar-benar berhati "jujur". Tentu saja himbauan tersebut tidak hanya untuk peserta didik, tapi semua civitas penddikan seharusnya begitu.
Ujian Nasional tahun 2013 sama sepeerti tahun-tahun sebelumnya, pasti ada kesalahan. Tapi tahun ini lebih parah lagi, untuk wilayah Indonesia bagian tengah, ujian ditunda karena ketidaksiapan percetakan/panitia (?). Banyak anggota DPR mempermasalahkan keterlambatan ini. Tentu ada 2 hal yang harus ditegaskan. Pertama memang panitia tidak siap bahkan terkesan amburadul. Kedua kita pun harus meneliti kembali anggota-anggota DPR yang vokal menyoroti masalah ini. Jangan-jangan mereka sedang cuci nama untuk jadi caleg kembali di tahun 2014.
Ujian Nasional tahun 2013 sama sepeerti tahun-tahun sebelumnya, pasti ada kesalahan. Tapi tahun ini lebih parah lagi, untuk wilayah Indonesia bagian tengah, ujian ditunda karena ketidaksiapan percetakan/panitia (?). Banyak anggota DPR mempermasalahkan keterlambatan ini. Tentu ada 2 hal yang harus ditegaskan. Pertama memang panitia tidak siap bahkan terkesan amburadul. Kedua kita pun harus meneliti kembali anggota-anggota DPR yang vokal menyoroti masalah ini. Jangan-jangan mereka sedang cuci nama untuk jadi caleg kembali di tahun 2014.
Posting Komentar