Suatu hari Abu Nawas ditantang oleh temannya yang
ingin membalas dendam kepada Sultan karena merasa dipermalukan. “Hai, Abu! Jika
kau bisa membokongi Sultan, aku akan memberimu 5 dirham. Tetapi kau harus
membayarku 2 dirham jika kau tidak berani membokongi Sultan.Bagaimana, sepakat?” tantang temannya.
“Sepakat,” jawab Abu Nawas tanpa pikir panjang.
Selang bebarapa hari, Sultan mengadakan musyawarah.
Abu Nawas diundang, karena dia seorang penasehat di kesultanan. Para undangan
semua duduk bersimpuh menghadap Sultan, takdhim. Ketika mereka disuruh berdiri
oleh Sultan, Abu Nawas tetap duduk membuat para undangan terheran-heran dan bertanya-tanya. Hal ini
mengundang perhatian Sultan, lalu Sultan pun bertanya kepada Abu Nawas. “Wahai,
Abu Nawas. Apa gerangan yang membuat kau tetap duduk, tidak berdiri seperti yang lain?”
“Maaf, ya Sultan. Hamba tidak berani berdiri. Hamba
ini orang miskin. Kalau bukan karena undangan Tuan, mungkin hamba tidak akan
datang,” jawab Abu Nawas.
‘ Pakaianmu layak untuk kemari. Dan Saya tidak pernah
memandang kau kaya atau miskin. Bagi saya sama saja,” kata Sultan.
Tapi celana hamba ini, ya Sultan,” keluh Abu Nawas.
“Ada apa dengan celanamu?” tanya Sultan.
Pada saat itulah Abu Nawas membokongi Sultan memperlihatkan
celana belakangnya yang ditambal dengan tikar. Maka teman Abu Nawas yang juga sebagai undangan di situ pun kalah dan membayarnya 5 dirham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar