oleh Abdoel Azis
Apa itu komedi?
Belajar Teater
Belajar Teater
Ciri-ciri sebuah komedi
adalah lucu. Tetapi lucu yang dimaksud
dalam komedi bukanlah sekedar melucu seperti lawakan-lawakan kosong yang hanya
ingin ditertawakan penonton. Lucu di
sini adalah sebagai cara untuk menyindir
atau mengkritisi kelemahan/cacat sifat-sifat manusia dalam
masyarakat. Cacat dan kelemahan sifat-sifat manusia, seperti kebodohan,
kesombombongan, dan kenaifan atau penyimpangan-penyimpangan perilaku manusia di
dalam masyarakat menjadi suatu peritiwa-peristiwa yang menggelikan dalam kaca
mata komedi..
Sasaran yang ingin dicapai
oleh komedi adalah pencerahan. Manusia
harus mampu memperbaiki diri dari kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
Nilai-nilai moral dan rasa sosial untuk memperbaiki keadaan selalu menjadi tema penting dalam sebuah komedi.
Jadi komedi bukan sekedar melucu.
Berbeda dengan tragedi yang tujuannya untuk mencapai
katarsis; semacam penyucian jiwa.
Penyadaran akan adanya kekuasaan yang lebih besar daripada kekuasaan manusia. Betapa
kecil dan rapuhnya manusia di hadapan suratan takdir.
Rendra mengatakan bahwa
komedi adalah sebuah upacara utnuk
menertawakan cacat dan kelemahan masyarakatnya sendiri. Dan seorang bijak
menjelaskan bahwa komedi sebuah pertunjukan yang enak ditonton tapi teramat
pahit untuk kita renungkan.
Tokoh-tokoh dalam komedi
adalah antipati. Tidak ada satu pun tokoh yang harus ditiru. Sebagai contoh;
ada seseorang terpeleset karena menginjak kulit pisang dan jatuh kesakita.
Orang-orang yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Lucunya orang yang jatuh
bukan merasakan sakitnya, tetapi lebih mendahulukan rasa malunya. Maka jika
dipikir; betapa tidak berperikemanusiaannya orang-orang yang menertawan orang
jatuh, atau anggap orang yang kena
musibah. Yang semestinya, malah menrtawakannya. Begitu juga dengan yang jatuh.
Yang mestinya minta bantuan, bahkan seringkali menolak tawaran pertolongan
orang lain karena malunya.
Saya sering menyaksikan peristiwa komedi di sekolah, seperti anak-anak yang
mendapat nilai di bawah 5, seringkali tertawa terbahak-bahak bersama
teman-temannya karena mendapat nilai sama. Guru-guru mencari dan membeli,
bahkan memalsu piagam-piagam untuk mengusulkan kenaikan pangkat dan sertifikasi
profesi. Begitu pula di gedung DPR, di
instansi-instansi, atau di tempat-tempat lain. banyak para pejabat dan anggota
dewan yang menjadi tokoh-tokoh komedian. Lucu dan menggelikan.
Ketika Nias dihantam
Tsunami, para pejabatnya ngelencer ke luar negeri. Ada juga usulan dewan untuk
studi banding kepramukaan di Afrika.
Untung mereka segera sadar dan segera mengubah haluan belajar etika di Yunani.
Eman-eman anggaran ngelencer dihanguskan. Sementara di kiri-kanan gedung DPR
ada sebuah perkampungan kumuh, mencari makan harus berlari terlebih dahulu,
mengejar truk untuk menjadi buruh lepas, sehari itu bekerja besok belum tentu.
Ironis! Komedi memang ironis.
1 komentar:
Komedi enak ditonton tapi sakit jika kita renungkan.
Posting Komentar